Pajangan cerita – Indonesia, telah mencatat perkembangan signifikan dalam sektor carbon capture and storage (CCS) atau penangkapan dan penyimpanan karbon. Menurut data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juni 2024, terdapat tiga proyek CCS yang telah terdaftar di Bursa Karbon Indonesia. Proyek-proyek ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon serta mendukung upaya global menuju keberlanjutan lingkungan.
OJK mencatat tiga proyek utama yang telah terdaftar di Bursa Karbon Indonesia:
“Baca juga: Peran Energy Absolute, Mendorong Inovasi dan Investasi Karbon di Indonesia”
Sejak peluncurannya, Bursa Karbon Indonesia telah mencatat sejumlah aktivitas transaksi yang signifikan. Hingga Juni 2024, total transaksi yang tercatat mencapai 609 ribu ton CO2 ekuivalen, dengan nilai transaksi mencapai Rp 36,8 miliar. Aktivitas ini mencakup 85 transaksi dan 417 ribu ton CO2 ekuivalen yang telah diretur.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK. Inarno Djajadi, menyatakan bahwa perdagangan karbon di Indonesia menunjukkan perkembangan positif. “Transaksi perdagangan karbon melalui Bursa Karbon terus berkembang dengan baik.” Ujar Inarno dalam webinar Perdagangan dan Bursa Karbon Indonesia yang disiarkan secara daring pada Jumat (26/7/2024).
Inarno mengungkapkan bahwa meskipun capaian Indonesia dalam perdagangan karbon menggembirakan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Jika dibandingkan dengan bursa karbon di negara lain seperti Jepang dan Malaysia, Indonesia masih berada dalam tahap perkembangan awal.
“Simak juga: Bawaslu dan Politik Uang Menjaga Integritas Pemilihan”
“Perdagangan unit karbon di Indonesia masih terbilang kecil dan memerlukan upaya-upaya peningkatan,” kata Inarno. Dia menekankan pentingnya pengembangan lebih lanjut mengingat potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal suplai dan permintaan karbon kredit. Khususnya dalam sektor yang menjadi target Nationally Determined Contribution (NDC) negara.
Bisnis tangkap karbon tidak hanya penting untuk bursa karbon, tetapi juga untuk pencapaian target nasional. Indonesia berkomitmen untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Dalam konteks ini, OJK bersama dengan pemangku kepentingan terkait terus mendukung berbagai inisiatif yang bertujuan meningkatkan perdagangan unit karbon.
“OJK bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan yang terkait akan terus berkomitmen mendukung berbagai inisiatif dalam meningkatkan perdagangan unit karbon,” jelas Inarno. Dukungan ini mencakup upaya untuk memperluas partisipasi, meningkatkan transparansi, dan memastikan bahwa sistem perdagangan karbon dapat berfungsi secara efektif.
Dengan tiga proyek CCS yang telah terdaftar dan sejumlah transaksi yang terus berkembang. Indonesia menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pengelolaan emisi karbon. Meskipun sektor ini masih menghadapi berbagai tantangan. Upaya yang dilakukan menunjukkan komitmen negara dalam menghadapi perubahan iklim dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Ke depan, diharapkan akan ada lebih banyak proyek dan inisiatif yang akan mendukung pencapaian target lingkungan serta mendorong pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia.