Pajangan cerita – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diluncurkan sepuluh tahun lalu telah menjadi salah satu fondasi penting dalam sistem kesehatan Indonesia. Dengan prinsip gotong royong yang mendasari program ini, JKN bertujuan untuk memberikan akses kesehatan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Artikel ini akan mengupas bagaimana program JKN telah memengaruhi kehidupan individu seperti Ida dan Yana, serta bagaimana makna gotong royong terwujud dalam praktik sehari-hari.
Diluncurkan pada tahun 2014, Program JKN bertujuan untuk menyediakan perlindungan kesehatan yang merata bagi seluruh penduduk Indonesia. Melalui BPJS Kesehatan, pemerintah mewajibkan seluruh warga negara untuk menjadi peserta, baik melalui mekanisme iuran mandiri maupun iuran yang ditanggung oleh pemerintah. Konsep utama dari JKN adalah gotong royong, di mana peserta yang sehat membantu menanggung biaya kesehatan peserta yang membutuhkan.
“Baca juga: Legalisasi Ganja Medis, Tren Global dan Tantangan di Indonesia”
Ida, seorang pensiunan berusia 63 tahun, menceritakan perjalanan panjangnya dengan BPJS Kesehatan. Sejak 2014, suaminya Ahmad—seorang mantan guru SMA dan Pegawai Negeri Sipil—terdaftar sebagai peserta BPJS. Saat itu, iuran BPJS menjadi salah satu potongan dari gaji Ahmad yang sudah cukup tinggi. Meskipun awalnya merasa beban tambahan, Ida kini menyadari manfaat besar dari program ini.
Selama delapan tahun, Ahmad harus menjalani berbagai perawatan untuk penyakit jantung koroner yang dideritanya. Biaya pengobatan yang seharusnya sangat mahal, seperti obat suntik senilai Rp 800.000 per dosis, bisa ditanggung oleh BPJS. Selain itu, biaya operasi katarak yang seharusnya mencapai Rp 13.000.000 juga sepenuhnya ditanggung oleh BPJS.
Ida merasa bersyukur karena meskipun suaminya telah berpulang pada April 2022, manfaat BPJS Kesehatan tetap ada untuk dirinya. Ketika Ida mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mengobati gejala asam urat pada bulan puasa lalu, ini adalah pertama kalinya ia memanfaatkan BPJS untuk dirinya sendiri.
Ida mencatat bahwa selama sepuluh tahun program JKN, banyak perubahan positif dalam pelayanan. Dari kemudahan memperoleh surat rujukan hingga peningkatan fasilitas di rumah sakit, semuanya menunjukkan perbaikan. Ia juga mengamati peningkatan sikap tenaga kesehatan yang lebih ramah dan profesional.
Namun, Ida juga menyoroti beberapa masalah yang masih perlu diperbaiki, seperti kekosongan obat dan klasifikasi penyakit yang tidak ditanggung BPJS. Meski demikian, Ida tetap yakin bahwa manfaat dari program JKN sangat besar dan penting bagi masyarakat.
Yana, seorang ibu rumah tangga berusia 63 tahun yang tinggal di Jakarta, juga merasakan manfaat dari BPJS Kesehatan. Meskipun harus membayar iuran sekitar Rp 200.000 per bulan untuk empat anggota keluarga, termasuk ibunya yang tinggal di kampung halaman, Yana merasa investasi ini sangat berharga.
Ketika ibunya jatuh sakit akhir tahun lalu, Yana merasa tenang karena semua biaya pengobatan dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. “Jauh dari orang tua, tapi dengan adanya BPJS Kesehatan, saya lebih tenang dan tidak perlu khawatir tentang biaya,” ungkap Yana. Ini merupakan bentuk perhatian dan kasih sayangnya terhadap ibunya di kampung.
Yana juga secara rutin menggunakan BPJS Kesehatan untuk perawatan tulang dan sendi yang dirasakannya. Setiap bulan, ia melakukan kontrol dan meminta obat di fasilitas kesehatan terdekat. Kesadaran untuk memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi keluarga adalah alasan utama Yana setia membayar iuran BPJS.
“Simak juga: Kecanduan Rokok, Pemerintah Didesak Segera Tindak Lanjut RPP”
Program JKN tidak hanya sekedar asuransi kesehatan, tetapi juga representasi nyata dari nilai gotong royong yang merupakan salah satu prinsip dasar Pancasila. Dengan iuran yang dibayar oleh peserta, program ini memungkinkan mereka yang membutuhkan perawatan medis dapat mengakses layanan kesehatan tanpa harus menghadapi beban finansial yang berat.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti, menekankan pentingnya gotong royong dalam menjaga dan memperluas cakupan JKN. Dengan lebih dari 90 persen penduduk Indonesia yang terdaftar dalam program ini, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan menangani berbagai tantangan, seperti kekosongan obat dan ketidakjelasan klasifikasi penyakit yang tidak ditanggung.
“Melalui program JKN, kami melestarikan budaya gotong royong dalam nilai Pancasila. Peserta yang sehat membantu yang sakit, dan itu melibatkan seluruh elemen masyarakat di Indonesia,” ujar Ghufron Mukti.
Program JKN telah membawa perubahan signifikan dalam sistem kesehatan Indonesia, memberi manfaat bagi jutaan orang. Kisah Ida dan Yana adalah contoh nyata dari bagaimana gotong royong dapat memberikan dampak positif dan bagaimana program ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat. Dengan terus berkomitmen pada prinsip gotong royong dan melakukan perbaikan, diharapkan JKN akan terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar di masa depan.