Pajangan Cerita – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan Senin, 16 Juni 2025. Penurunan ini terjadi setelah IHSG ditutup melemah sebesar 38,30 poin atau 0,53% ke level 7.166,06 pada akhir perdagangan Jumat, 13 Juni.
Tekanan eksternal yang datang dari meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik antara Israel dan Iran, menjadi salah satu faktor utama. Israel diketahui melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, sehingga memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap eskalasi perang.
Menurut riset dari Phintraco Sekuritas, serangan ini menjadi pengingat bahwa risiko geopolitik kini lebih nyata dan mendesak. “Pasar sebelumnya cenderung mengabaikan risiko geopolitik, namun serangan ini menjadi peringatan bahwa ancamannya kini lebih nyata dan mendesak,” tulis riset tersebut.
Tekanan Domestik Tambah Beban IHSG
Selain faktor eksternal, tekanan dari dalam negeri juga turut membebani IHSG. Beberapa saham mengalami koreksi teknikal setelah melewati tanggal cum dividen. Di sisi lain, data penjualan ritel domestik yang dirilis pada April 2025 menunjukkan penurunan sebesar 0,3% secara tahunan (YoY).
Angka tersebut berbalik dari pertumbuhan 5,5% pada Maret 2025 dan menjadi penurunan tahunan pertama sejak April tahun lalu. Data ini menimbulkan kekhawatiran akan menurunnya daya beli masyarakat dan potensi perlambatan ekonomi.
Dari sisi teknikal, indikator Stochastic RSI menunjukkan sinyal pelemahan karena terjadi death cross. Sementara itu, indikator MACD menunjukkan pelebaran negative slope, menandakan potensi lanjutan koreksi.
IHSG kini diperkirakan menguji level Moving Average 200 (MA200) di kisaran 7.132. Jika tekanan berlanjut, IHSG bisa menyentuh level support kuat di 7.100. Level resistance IHSG berada di angka 7.200, dengan pivot di 7.150.
“Simak Juga: Korea Selatan Beri 826 Juta bagi yang Mau Pacaran sampai Nikah”
Cermati 5 Saham Potensial Saat Pasar Bergejolak
Di tengah tekanan yang ada, analis merekomendasikan untuk mencermati saham-saham yang memiliki potensi bertahan dalam kondisi pasar tidak stabil. Beberapa saham pilihan yang dinilai layak dipertimbangkan antara lain:
-
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) – Emiten perkebunan kelapa sawit yang bisa mendapat sentimen positif dari harga komoditas.
-
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) – Perusahaan properti dengan proyek stabil dan basis konsumen yang kuat.
-
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) – Emiten nikel yang relevan di tengah tren kendaraan listrik.
-
PT Harum Energy Tbk (HRUM) – Emiten energi yang bisa diuntungkan oleh lonjakan harga batu bara akibat konflik global.
-
PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) – Perusahaan gas industri dan petrokimia yang bisa menjadi pelindung saat inflasi meningkat.
Investor disarankan tetap waspada, fokus pada saham-saham defensif, dan menjaga manajemen risiko dengan baik.
“Baca Juga: Berlian Jumbo 2.492 Karat di Botswana, Terbesar Kedua di Dunia”